materi termokimia
NAMA
KELOMPOK : 1. RIFKY AZMI SADEWO
2. SENDY EKI PRAMUJA
3. SINTA
PUSPITA SARI
4. SULIS
MAWARDIANINGRUM
5. YENI
ASTIFAH
6.
YURIKA ATIKA MILASARI
MAPEL :KIMIA
TUGAS : MEMBUAT MODUL
(TERMOKIMIA DAN LAJU REAKSI)
v TERMOKIMIA
Termokimia adalah ilmu yang mempelajari
perubahan kalor dalam suatu reaksi kimia. Energi merupakan sumber esensial
bagi kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya. Makanan yang kita makan
merupakan sumber energi yang memberikan kekuatan kepada kita untuk dapat
bekerja, belajar, dan beraktivitas lainnya. Setiap materi mengandung energi
dalam bentuk energi potensial dan energi kinetik. Kedua energi ini dinamakan
energi internal. Jika energi yang terkandung dalam materi berubah maka
perubahan energi dinamakan kalor. Perubahan energi (kalor) pada tekanan tetap
dinamakan perubahan entalpi (ΔH).
Bagaimanakah perubahan entalpi suatu
reaksi? Apakah reaksi eksoterm dan endoterm? Bagaimanakah menentukan ΔH reaksi
berdasarkan percobaan? Anda dapat menjawabnya jika Anda mempelajari bab ini
dengan baik.
Setiap materi mengandung energi yang
disebut energi internal (U). Besarnya energi ini tidak dapat diukur, yang dapat
diukur hanyalah perubahannya. Mengapa energi internal tidak dapat diukur? Sebab
materi harus bergerak dengan kecepatan sebesar kuadrat kecepatan cahaya sesuai
persamaan Einstein (E = mc2). Di alam, yang tercepat
adalah cahaya. Perubahan energi internal ditentukan oleh keadaan akhir dan
keadaan awal ( ΔU = Uakhir – Uawal).
1.1. Pengertian Entalpi (ΔH)
Perubahan energi internal dalam
bentuk panas dinamakan kalor. Kalor adalah energi panas yang ditransfer
(mengalir) dari satu materi ke materi lain. Jika tidak ada energi yang
ditransfer, tidak dapat dikatakan bahwa materi mengandung kalor. Jadi, Anda
dapat mengukur kalor jika ada aliran energi dari satu materi ke materi lain.
Besarnya kalor ini, ditentukan oleh selisih keadaan akhir dan keadaan awal.
Contoh :
Tinjau air panas dalam termos. Anda
tidak dapat mengatakan bahwa air dalam termos mengandung banyak kalor sebab
panas yang terkandung dalam air termos bukan kalor, tetapi energi internal.
Jika terjadi perpindahan panas dari air dalam termos ke lingkungan sekitarnya
atau dicampur dengan air dingin maka akan terbentuk kalor.
Besarnya kalor ini diukur berdasarkan
perbedaan suhu dan dihitung menggunakan persamaan berikut.
Q = m c ΔT
Keterangan :
Q = kalor
m = massa zat
c = kalor jenis zat
ΔT = selisih suhu
Jika perubahan energi terjadi pada
tekanan tetap, misalnya dalam wadah terbuka (tekanan atmosfer) maka kalor yang
terbentuk dinamakan perubahan entalpi (ΔH). Entalpi dilambangkan
dengan H (berasal dari kata ‘Heat of Content’). Dengan demikian, perubahan
entalpi adalah kalor yang terjadi pada tekanan tetap, atau Δ H = QP (Qp menyatakan
kalor yang diukur pada tekanan tetap).
1.2. Sistem dan Lingkungan
Secara umum, sistem didefinisiskan
sebagai bagian dari semesta yang merupakan fokus kajian dan lingkungan adalah
segala sesuatu di luar sistem yang bukan kajian.
Gambar 1. Diagram proses
eksoterm dan endoterm antara sistem dan lingkungan.
|
Dalam reaksi kimia, Anda dapat mendefinisikan
sistem. Misalnya pereaksi maka selain pereaksi disebut lingkungan, seperti
pelarut, hasil reaksi, tabung reaksi, udara di sekitarnya, dan segala sesuatu
selain pereaksi.
Contoh Soal Sistem dan Lingkungan :
Ke dalam gelas kimia yang berisi air,
dilarutkan 10 g gula pasir. Jika gula pasir ditetapkan sebagai sistem, manakah
yang termasuk lingkungan?
Jawaban :
Karena gula pasir dipandang sebagai
sistem maka selain dari gula pasir termasuk lingkungan, seperti air sebagai
pelarut, gelas kimia, penutup gelas kimia, dan udara di sekelilingnya.
1.3. Reaksi Eksoterm dan Endoterm
Jika dalam reaksi kimia terjadi
perpindahan panas dari sistem ke lingkungan maka suhu lingkungan meningkat.
Jika suhu sistem turun maka dikatakan bahwa reaksi tersebut eksoterm. Reaksi endoterm adalah kebalikan
dari reaksi eksoterm (perhatikan
Gambar 1). Ungkapkanlah dengan kalimat Anda sendiri.
Contoh :
Jika NaOH dan HCl direaksikan dalam
pelarut air, kemudian suhu larutan diukur maka ketinggian raksa pada termometer akan
naik yang menunjukkan suhu larutan meningkat.
Apakah reaksi tersebut eksoterm atau
endoterm? Semua literatur menyatakan reaksi NaOH dan HCl melepaskan kalor
(eksoterm). Jika melepaskan kalor suhunya harus turun, tetapi faktanya naik.
Bagaimana menjelaskan fakta tersebut dihubungkan dengan hasil studi literatur?
NaOH dan HCl adalah sistem yang akan
dipelajari (fokus kajian).
Selain kedua zat tersebut dikukuhkan
sebagai lingkungan, seperti pelarut, gelas kimia, batang termometer, dan udara sekitar.
Ketika NaOH dan HCl bereaksi, terbentuk NaCl dan H2O disertai
pelepasan kalor. Kalor yang dilepaskan ini diserap oleh lingkungan, akibatnya
suhu lingkungan naik. Kenaikan suhu lingkungan ditunjukkan oleh naiknya suhu
larutan. Jadi, yang Anda ukur bukan suhu sistem (NaOH dan HCl) melainkan suhu
lingkungan (larutan NaCl sebagai hasil reaksi). Zat NaOH dan HCl dalam larutan
sudah habis bereaksi. Oleh karena reaksi NaOH dan HCl melepaskan sejumlah kalor
maka dikatakan reaksi tersebut eksoterm. Dengan demikian, antara fakta dan
studi literatur cocok. Salah satu contoh reaksi endoterm dapat diperhatikan
pada Gambar 2.
Gambar 2. Sistem
reaksi: Ba(OH)2(s) + NH4Cl (l) + kalor →
BaCl2 (s) + NH3(g) + H2O(l) Akibat
kuatnya menyerap kalor, bantalan menempel kuat pada labu erlenmeyer. Mengapa?
|
Bagaimana hubungan antara reaksi
eksoterm/endoterm dan perubahan entalpi? Dalam reaksi kimia yang melepaskan
kalor (eksoterm), energi yang terkandung dalam zat-zat hasil reaksi lebih kecil
dari zat-zat pereaksi. Oleh karena itu, perubahan entalpi reaksi
berharga negatif.
ΔH = Hproduk – Hpereaksi <
0
Pada reaksi endoterm, perubahan
entalpi reaksi akan berharga positif.
ΔH= Hproduk – Hpereaksi >
0
Secara umum, perubahan entalpi dalam
reaksi kimia dapat diungkapkan dalam bentuk diagram reaksi berikut.
A + B → C + kalor (reaksi eksoterm)
Gambar 3. Diagram entalpi
reaksi.
|
C + kalor → A + B (reaksi endoterm)
Pada Gambar 3. tanda panah
menunjukkan arah reaksi. Pada reaksi eksoterm, selisih entalpi berharga negatif
sebab entalpi hasil reaksi (C) lebih rendah daripada entalpi pereaksi (A+B).
Adapun pada reaksi endoterm, perubahan entalpi berharga positif sebab entalpi
produk (A+B) lebih besar daripada entalpi pereaksi (C).
Contoh Soal Reaksi Eksoterm :
Kapur tohor (CaO) digunakan untuk
melabur rumah agar tampak putih bersih. Sebelum kapur dipakai, terlebih dahulu
dicampur dengan air dan terjadi reaksi yang disertai panas. Apakah reaksi ini
eksoterm atau endoterm? Bagaimana perubahan entalpinya?
Pembahasan :
Reaksi yang terjadi:
CaO(s) + H2O(l)→
Ca(OH)2 (s)
Oleh karena timbul panas, artinya
reaksi tersebut melepaskan kalor atau reaksinya eksoterm, ini berarti kalor
hasil reaksi lebih rendah dari pereaksi. Jika reaksi itu dilakukan pada tekanan
tetap (terbuka) maka kalor yang dilepaskan menyatakan perubahan entalpi (ΔH)
yang harganya negatif.
Contoh Soal Reaksi Endoterm
Sepotong es dimasukkan ke dalam botol
plastik dan ditutup. Dalam jangka waktu tertentu es mencair, tetapi di dinding
botol sebelah luar ada tetesan air. Dari mana tetesan air itu?
Penyelesaian :
Perubahan es menjadi cair memerlukan
energi dalam bentuk kalor. Persamaan kimianya:
H2O(s) + kalor → H2O(l)
Kalor yang diperlukan untuk
mencairkan es diserap dari lingkungan sekitar, yaitu botol dan udara. Ketika es
mencair, es menyerap panas dari botol sehingga suhu botol akan turun sampai
mendekati suhu es.
Oleh karena suhu botol bagian dalam
dan luar mendekati suhu es maka botol akan menyerap panas dari udara sekitar.
Akibatnya, uap air yang ada di udara sekitar suhunya juga turun sehingga
mendekati titik leleh dan menjadi cair yang kemudian menempel pada dinding
botol.
1.4. Persamaan Termokimia
Bukan hanya tata nama yang memiliki
peraturan, penulisan perubahan entalpi reaksi juga dibuat aturannya, yaitu:
1. Tuliskan persamaan reaksi lengkap dengan koefisien dan fasanya, kemudian
tuliskan ΔH di ruas kanan (hasil reaksi).
2. Untuk reaksi eksoterm, nilai ΔH negatif, sebaliknya untuk reaksi
endoterm, nilai ΔH positif.
Contoh :
Tinjau persamaan reaksi berikut:
2Na(s) + 2H2O( ) →
2NaOH(aq) + H2(g) ΔH
= –367,5 kJ
Persamaan ini menyatakan bahwa dua
mol natrium bereaksi dengan dua mol air menghasilkan dua mol natrium hidroksida
dan satu mol gas hidrogen. Pada reaksi ini dilepaskan kalor sebesar 367,5 kJ.
Pada persamaan termokimia harus dilibatkan fasa zat-zat yang bereaksi sebab
perubahan entalpi bergantung pada fasa zat.
Contoh :
Reaksi gas H2 dan O2 membentuk H2O. Jika
air yang dihasilkan berwujud cair, kalor yang dilepaskan sebesar 571,7 kJ. Akan
tetapi, jika air yang dihasilkan berupa uap, kalor yang dilepaskan sebesar
483,7 kJ.
Persamaan termokimianya:
2H2(g) + O2(g)
→ 2H2O(l) ΔH = –571,7 kJ
2H2(g) + O2(g)
→ 2H2O(g) ΔH = –483,7 kJ
Gejala ini dapat dipahami karena pada
saat air diuapkan menjadi uap air memerlukan kalor sebesar selisih H kedua
reaksi tersebut.
Contoh Soal Menuliskan Persamaan
Termokimia :
Larutan NaHCO3 (baking
soda) bereaksi dengan asam klorida menghasilkan larutan natrium klorida, air,
dan gas karbon dioksida. Reaksi menyerap kalor sebesar 11,8 kJ pada tekanan
tetap untuk setiap mol baking soda. Tuliskan persamaan termokimia untuk reaksi
tersebut.
Pembahasan :
Persamaan kimia setara untuk reaksi
tersebut adalah
NaHCO3(aq) + HCl(aq)→
NaCl(aq) + H2O(l) + CO2(g)
Oleh karena reaksi membutuhkan kalor
maka entalpi reaksi dituliskan positif.
Persamaan termokimianya:
NaHCO3(aq) + HCl(aq)→
NaCl(aq) + H2O(l) + CO2(g) ΔH=
+11,8 kJ
Selain aturan tersebut, ada beberapa aturan
tambahan, yaitu:
a. Jika persamaan termokimia
dikalikan dengan faktor tertentu, nilai ΔH juga harus dikalikan dengan faktor
tersebut.
Contoh :
Persamaan termokimia untuk sintesis
amonia:
N2(g) + 3H2(g)
→ 2NH3(g) ΔH = –91,8
kJ.
Jika jumlah pereaksi dinaikkan dua
kali lipat, kalor reaksi yang dihasilkan juga dua kali dari semula.
2N2(g) + 6H2(g)
→ 4NH3(g) ΔH = –184 kJ.
b. Jika persamaan kimia arahnya
dibalikkan, nilai ΔH akan berubah tanda.
Contoh :
Sintesis amonia pada contoh di atas
dibalikkan menjadi reaksi penguraian amonia. Persamaan termokimianya adalah :
2NH3(g) → N2(g)
+ 3H2(g) ΔH = + 91,8
kJ
Contoh Soal Memanipulasi Persamaan
Termokimia :
Sebanyak 2 mol H2(g)
dan 1 mol O2(g) bereaksi membentuk air disertai pelepasan kalor
sebesar 572 kJ.
2H2(g) + O2(g)
→ 2H2O(l) ΔH = –572 kJ
Tuliskan persamaan termokimia untuk
pembentukan satu mol air. Tuliskan juga reaksi untuk kebalikannya.
Jawaban :
Pembentukan satu mol air, berarti
mengalikan persamaan termokimia dengan faktor 1/2.
H2(g) + ½ O2(g)→
H2O(l) ΔH = – 286 kJ
Untuk reaksi kebalikannya:
H2O(l) → H2(g)
+ ½ O2(g) ΔH = + 286 kJ
B. Penentuan ΔH Reaksi secara Empirik
Penentuan perubahan entalpi suatu
reaksi dapat dilakukan secara empirik maupun secara semiempirik. Secara
empirik, artinya melakukan pengukuran secara langsung di laboratorium,
sedangkan semiempirik adalah menggunakan data termodinamika yang sudah ada di
handbook. Perubahan entalpi reaksi dapat ditentukan melalui pengukuran secara
langsung di laboratorium berdasarkan perubahan suhu reaksi karena suhu
merupakan ukuran panas (kalor). Jika reaksi dilakukan pada tekanan tetap maka
kalor yang terlibat dalam reaksi dinamakan perubahan entalpi reaksi (ΔH
reaksi).
2.1. Pengukuran Kalor
Anda pasti pernah memasak air,
bagaimana menentukan kalor yang diperlukan untuk mendidihkan air sebanyak 2
liter? Untuk mengetahui ini, Anda perlu mengukur suhu air sebelum dan sesudah
pemanasan. Dari selisih suhu, Anda dapat menghitung kalor yang diserap oleh
air, berdasarkan persamaan:
Q = m c ΔT
Keterangan :
m = massa air (dalam gram)
c = kalor jenis zat, yaitu jumlah
kalor yang diperlukan untuk
menaikkan suhu satu gram zat sebesar
1°C
ΔT = perubahan suhu
Contoh Soal Menghitung Kalor
Berapa kalor yang diperlukan untuk
menaikkan suhu 50 g air dari 25°C menjadi 60°C? Diketahui kalor jenis air, c =
4,18 J g–1°C–1.
Penyelesaian :
Kalor yang diperlukan untuk menaikkan
suhu 50 g air adalah sebesar 50 kali 1 g air.
Kalor yang diperlukan untuk menaikkan
suhu sebesar 35°C adalah sebanyak 35 kali
kalor yang diperlukan untuk menaikkan
suhu 1°C.
Jadi, kalor yang diperlukan untuk
menaikkan suhu 50 g air dari 25°C menjadi 60°C (ΔT = 35°C) adalah :
Q = m c ΔT
= 50 g × 4,18 J g–1°C–1 ×
35°C
= 7,315 kJ
Metode lain menentukan kalor adalah
didasarkan pada hukum kekekalan energi yang menyatakan bahwa energi semesta
tetap. Artinya, kalor yang dilepaskan oleh zat X sama dengan kalor yang
diterima oleh zat Y.
Anda sering mencampurkan air panas
dan air dingin, bagaimana suhu air setelah dicampurkan? Pada proses
pencampuran, kalor yang dilepaskan oleh air panas diserap oleh air dingin
hingga suhu campuran menjadi sama. Secara matematika dirumuskan sebagai
berikut.
QAir panas = QAir
dingin
Jadi, pertukaran kalor di antara
zat-zat yang berantaraksi, energi totalnya sama dengan nol.
QAir panas + QAir
dingin = 0
Contoh Soal Menghitung Kalor
Berdasarkan Hukum Kekekalan Energi :
Sebanyak 75 mL air dipanaskan dengan
LPG. Jika tidak ada kalor yang terbuang, berapa kalor yang dilepaskan oleh LPG
jika suhu air naik dari 25°C menjadi 90°C? Kalor jenis air, c = 4,18 J g
–1°C–1, massa jenis air 1 g mL–1
Jawaban :
• Ubah satuan volume air (mL) ke
dalam berat (g) menggunakan massa jenis air.
• Hitung kalor yang diserap oleh air
• Hitung kalor yang dilepaskan dari
hasil pembakaran gas LPG
ρ air = 1 g mL–1 atau
mair = ρ air × volume air
mair = 1 g mL–1 ×
75 mL= 75 g
Kalor yang diserap air:
Qair = 75 g × 4,18 J
g–1°C–1 × (90–25) °C = 20,377 kJ
Kalor yang diserap air sama dengan
kalor yang dilepaskan oleh pembakaran gas LPG.
Qair = QLPG atau
QLPG = 20,377 kJ
Jadi, kalor yang dilepaskan oleh
hasil pembakaran gas LPG sebesar 20,377 kJ.
2.2. Pengukuran Tetapan Kalorimeter
Kalorimeter adalah alat untuk
mengukur kalor. Skema alatnya ditunjukkan pada Gambar 4.
Gambar 4. Skema kalorimeter
volume tetap.
|
Kalorimeter ini terdiri atas bejana
yang dilengkapi dengan pengaduk dan termometer. Bejana diselimuti penyekat
panas untuk mengurangi radiasi panas, seperti pada termos. Kalorimeter
sederhana dapat dibuat menggunakan wadah styrofoam, Gambar 5.
Gambar 5. Kalorimeter
sederhana bertekanan tetap.
|
Untuk mengukur kalor reaksi dalam
kalorimeter, perlu diketahui terlebih dahulu kalor yang dipertukarkan dengan
kalorimeter sebab pada saat terjadi reaksi, sejumlah kalor dipertukarkan antara
sistem reaksi dan lingkungan (kalorimeter dan media reaksi). Besarnya kalor
yang diserap atau dilepaskan oleh kalorimeter dihitung dengan persamaan:
Qkalorimeter = Ck.
ΔT
dengan Ck adalah
kapasitas kalor kalorimeter.
Contoh Soal Menentukan Kapasitas
Kalor Kalorimeter :
Ke dalam kalorimeter dituangkan 50 g
air dingin (25°C), kemudian ditambahkan 75g air panas (60°C) sehingga suhu
campuran menjadi 35°C. Jika suhu kalorimeter naik sebesar 7°, tentukan
kapasitas kalor kalorimeter? Diketahui kalor jenis air = 4,18 J g–1 °C–1.
Jawaban :
Kalor yang dilepaskan air panas sama
dengan kalor yang diserap air dingin dan kalorimeter.
QAir panas = QAir
dingin + QKalorimeter
QAir panas = 75 g ×
4,18 J g–1 °C–1× (35 – 60)°C = – 7.837,5 J
QAir dingin = 50 g ×
4,18 J g–1 °C–1 × (35 – 25)°C = + 2.090 J
Qkalorimeter = Ck ×
ΔT
Oleh karena energi bersifat kekal
maka :
QAir panas + QAir dingin +
QKalorimeter = 0
–7.837,5 J + 2.090 J + (Ck . 7°C) = 0
Jadi, kapasitas kalor kalorimeter 821
J °C–1.
Dalam reaksi eksoterm, kalor yang
dilepaskan oleh sistem reaksi akan diserap oleh lingkungan (kalorimeter dan
media reaksi). Jumlah kalor yang diserap oleh lingkungan dapat dihitung
berdasarkan hukum kekekalan energi. Secara matematika dirumuskan sebagai
berikut.
Qreaksi + Qlarutan +
Qkalorimeter = 0
Contoh Soal Menentukan Kalor Reaksi :
Dalam kalorimeter yang telah
dikalibrasi dan terbuka direaksikan 50g alkohol dan 3g logam natrium. Jika suhu
awal campuran 30 °C dan setelah reaksi suhunya 75 °C, tentukan ΔHreaksi.
Diketahui kalor jenis larutan 3,65 J g–1 °C–1, kapasitas kalor
kalorimeter 150 J °C–1, dan suhu kalorimeter naik sebesar 10°C.
Pembahasan :
Kalor yang terlibat dalam reaksi:
Qreaksi + Qlarutan +
Qkalorimeter = 0
Qreaksi = – (Qlarutan +
Qkalorimeter)
Qlarutan = (mlarutan)
(clarutan) (ΔT)
= (53g) (3,65 J g–1 °C–1)
(45°C)
= 8.705,25 J
Qkalorimeter = (Ck)
(ΔT) = (150 J °C–1) (10°C) = 1.500 J
Qreaksi = – (8.705,25
+ 1.500) J = –10.205,25 J
Jadi, reaksi alkohol dan logam
natrium dilepaskan kalor sebesar 10.205 kJ. Oleh karena pada percobaan
dilakukan pada tekanan tetap maka
Qreaksi = ΔHreaksi =
–10.205 kJ.
Kalorimetri dalam Biologi
Setiap makhluk hidup adalah suatu
sistem pemrosesan energi (menyerap dan melepas kalor). Analisis terhadap aliran
energi dalam sistem biologi dapat memberikan informasi tentang bagaimana
organisme menggunakan energi untuk tumbuh, berkembang, bereproduksi, dan proses
biologis lainnya. Kalorimetri dapat digunakan untuk mempelajari berbagai proses
penyerapan/ pelepasan energi dalam makhluk hidup, seperti laju metabolisme pada
jaringan tanaman, aktivitas otot manusia, keseimbangan energi dalam ekosistem,
dan kandungan energi dalam bahan makanan. Dengan menggunakan data hasil
kalorimetri terhadap berbagai bahan makanan, para ahli gizi dapat menyusun
program diet yang sehat. (Sumber: Chemistry The Central Science, 2000)
Praktikum Kimia 1 :
Penentuan Kalor Reaksi Menggunakan
Kalorimeter Sederhana Bertekanan Tetap
Tujuan :
Menentukan kalor reaksi penetralan
HCl dan NaOH.
Alat :
1. Gelas kimia
2. Kalorimeter sederhana
3. termometer
Bahan :
1. Larutan HCl 10%
2. Larutan NaOH 10%
Langkah Kerja :
1. Ukur kapasitas kalor kalorimeter dengan cara mencampurkan air panas dan
air dingin, seperti pada Contoh penentuan kapasitas kalor kalorimeter, atau
asumsikan bahwa kalorimeter tidak menyerap kalor hasil reaksi (Ck =
0).
2. Masukkan 50 mL HCl 10% ke dalam gelas kimia dan 50 mL NaOH 5% ke dalam
gelas kimia yang lain. Samakan suhu awal pereaksi dan ukur (T1).
3. Campurkan kedua pereaksi itu dalam kalorimeter, kemudian aduk.
4. Catat suhu campuran setiap 30 detik sampai dengan suhu reaksi turun
kembali. Buat grafik suhu terhadap waktu (grafik berbentuk parabola), kemudian
diinterpolasi mulai dari waktu akhir (ta) sampai waktu 0 detik (t0).
5. Suhu akhir reaksi (T2) adalah suhu pada waktu mendekati 0
detik (hasil interpolasi).
Waktu
|
Suhu
|
30 detik
|
|
1 menit
|
|
1,5 menit
|
|
Pertanyaan
1. Jika kalor jenis larutan (CLarutan)= 3,89 J g-1 oC-1, hitunglah
kalor reaksi. Asumsikan larutan ρ = 1 g/mL.
2. Bagaimana caranya menyamakan suhu pereaksi?
3. Berapa selisih suhu akhir dan suhu awal?
4. Berapa kalor yang diserap oleh larutan?
5. Berapa kalor yang dilepaskan oleh sistem reaksi?
6. Apakah percobaan yang Anda lakukan pada tekanan tetap atau bukan?
7. Jika pada tekanan tetap, berapa perubahan entalpi reaksinya, ΔHreaksi ?
Pada percobaan kalorimeter tersebut,
mengapa suhu akhir reaksi harus diperoleh melalui interpolasi grafik? Ketika
pereaksi dicampurkan, pada saat itu terjadi reaksi dan seketika itu pula kalor
reaksi dibebaskan (T2 ≈ 0,00…1 detik).
Kalor reaksi yang dibebaskan diserap
oleh larutan NaCl (hasil reaksi). Termometer tidak dapat mengukur kalor yang
diserap oleh larutan NaCl seketika (misal dari 30 °C tiba-tiba menjadi 77 °C)
karena raksa pada termometer naik secara perlahan. Oleh karena kenaikan derajat
suhu pada termometer lambat, dalam kurun waktu sekitar 5 menit sudah banyak
kalor hasil reaksi terbuang (diserap oleh udara di sekitarnya) sehingga
termometer hanya mampu mengukur suhu optimum di bawah suhu hasil reaksi (pada
contoh grafik = 60 °C), perhatikan Gambar 6.
Gambar 6. Pada percobaan
menggunakan kalorimeter suhu akhir reaksi diperoleh dari hasil interpolasi
grafik (garis lurus). Pada grafik tersebut suhu akhir reaksi T2 =
77°C.
|
Dengan demikian, yang dapat Anda
lakukan adalah menginterpolasi grafik suhu setelah optimum. Dasar pemikirannya
adalah ketika reaksi terjadi, kalor dibebaskan dan diserap oleh lingkungan.
Serapan kalor reaksi oleh lingkungan mengakibatkan panasnya berkurang (turun
secara linear) sampai pada saat suhu reaksi terukur oleh termometer (suhu
optimum). Akhirnya, panas reaksi dan suhu termometer turun bersama dan terukur
oleh termometer.
C. Penentuan ΔH secara Semi Empirik
Penentuan ΔH suatu reaksi, selain
dapat diukur secara langsung di laboratorium juga dapat ditentukan berdasarkan
data perubahan entalpi standar suatu zat yang terdapat dalam handbook.
3.1. Perubahan Entalpi Standar (ΔH)
Harga perubahan entalpi ditentukan
oleh keadaan awal dan keadaan akhir sehingga perlu menetapkan kondisi pada saat
entalpi diukur karena harga entalpi bergantung pada keadaan. Para ahli kimia
telah menetapkan perubahan entalpi pada keadaan standar adalah kalor yang
diukur pada tekanan tetap 1 atm dan suhu 298K. Perubahan entalpi standar
dilambangkan dengan ΔH°. Satuan entalpi menurut Sistem Internasional (SI)
adalah joule (disingkat J).
Perubahan entalpi standar untuk satu
mol zat dinamakan ΔH° molar.
Satuan untuk ΔH° molar adalah
J mol–1. Jenis perubahan entalpi standar bergantung pada
macam reaksi sehingga dikenal perubahan entalpi pembentukan standar
( ), perubahan entalpi penguraian standar ( ), dan
perubahan entalpi pembakaran standar ( ).
a. Perubahan Entalpi Pembentukan Standar
Perubahan entalpi pembentukan standar
() adalah kalor yang terlibat dalam reaksi pembentukan satu mol senyawa dari
unsur-unsurnya, diukur pada keadaan standar. Contohnya, pembentukan satu mol
air dari unsur-unsurnya.
H2(g) + ½ O2(g)
→ H2O(l) ΔH° = –286 kJ mol–1
Berdasarkan perjanjian, ΔH° untuk
unsur-unsur stabil adalah 0 kJ mol–1.
Keadaan stabil untuk karbon adalah
grafit ( Cgrafit = 0 kJ), keadaan stabil untuk gas diatom,
seperti O2, N2, H2, Cl2, dan
lainnya sama dengan nol ( O2, H2, N2, Cl2 =
0 kJ).
b. Perubahan Entalpi Penguraian Standar
Reaksi penguraian merupakan kebalikan
dari reaksi pembentukan, yaitu penguraian senyawa menjadi unsur-unsurnya. Harga
perubahan entalpi penguraian standar suatu zat sama besar dengan perubahan
entalpi pembentukan standar, tetapi berlawanan tanda.
Contoh :
Pembentukan standar satu mol CO2 dari
unsur-unsurnya:
C(s) + O2(g) → CO2(g)
= –393,5 kJ mol–1
Penguraian standar satu mol CO2(g)
menjadi unsur-unsurnya:
CO2(g) → C(s) + O2(g)
= +393,5 kJ mol–1
Pada dasarnya, semua jenis perubahan
entalpi standar dapat dinyatakan ke dalam satu istilah, yaitu perubahan entalpi
reaksi (ΔH°reaksi) sebab semua perubahan tersebut dapat digolongkan
sebagai reaksi kimia.
Contoh Soal (UNAS 2005)
Diketahui diagram reaksi sebagai
berikut :
Berdasarkan diagram tersebut,
harga ΔH2 adalah …
A. ΔH1 – ΔH2 –
ΔH3
B. ΔH1 + ΔH2 –
ΔH4
C. ΔH1 – ΔH3 –
ΔH4
D. ΔH1 – ΔH3 +
ΔH4
E. ΔH1 + ΔH3 +
ΔH4
Pembahasan :
Dari diagram diketahui :
ΔH1 = ΔH2 +
ΔH3 + ΔH4
maka
ΔH2 = ΔH1 –
ΔH3 – ΔH4.
Jadi, jawabannya (C)
2.2. Hukum Hess
Hukum Hess muncul berdasarkan fakta
bahwa banyak pembentukan senyawa dari unsur-unsurnya tidak dapat diukur
perubahan entalpinya secara laboratorium.
Contoh :
Reaksi pembentukan asam sulfat dari
unsur-unsurnya.
S(s) + H2(g) + 2O2(g)
→ H2SO4(l)
Pembentukan asam sulfat dari
unsur-unsurnya tidak terjadi sehingga tidak dapat diukur perubahan entalpinya.
Oleh karena itu, ahli kimia berusaha menemukan alternatif pemecahannya. Pada
1840, pakar kimia dari Swiss Germain H. Hess mampu menjawab tantangan tersebut.
Berdasarkan hasil pengukuran dan
sifat-sifat entalpi, Hess menyatakan bahwa entalpi hanya bergantung pada keadaan
awal dan akhir reaksi maka perubahan entalpi tidak bergantung pada jalannya
reaksi (proses).
Pernyataan ini dikenal dengan hukum
Hess. Dengan kata lain, perubahan entalpi reaksi hanya ditentukan oleh kalor
pereaksi dan kalor hasil reaksi.
Tinjau reaksi pembentukan CO2 (perhatikan
Gambar 7).
Gambar 7. Bagan tahapan reaksi
pembakaran karbon. ΔH1 = ΔH2 + ΔH3.
|
Reaksi keseluruhan dapat ditulis
dalam satu tahap reaksi dan perubahan entalpi pembentukan standarnya dinyatakan
oleh ΔH°1. Persamaan termokimianya :
C(s) + O2(g) → CO2(g)
ΔH°1 = –394 kJ
Reaksi ini dapat dikembangkan menjadi
2 tahap reaksi dengan perubahan entalpi standar adalah ΔH°2 dan
ΔH°3 :
C(s) + ½ O2(g)
→ CO(g)
|
ΔH°2 = –111 kJ
|
CO(g) + ½ O2(g)
→ CO2(g)
|
ΔH°3 = –283 kJ
|
Reaksi total: C(g) + O2(g)
→ CO2(g)
|
ΔH°2 + ΔH°3 =
–394 kJ
|
Pembentukan asam sulfat dapat
dilakukan melalui 4 tahap reaksi:
S(s) + O2(g)
→ SO2(g)
|
ΔH°1= –296,8
kJ
|
SO2(g) + ½ O2(g)
→ SO3(g)
|
ΔH°2= –395,7
kJ
|
H2(g) + ½ O2(g)
→ H2O(l)
|
ΔH°3= –285,8
kJ
|
SO3(g) + H2O(l)
→ H2SO4(l)
|
ΔH°4= +164,3
kJ
|
S(s) + 2O2(g)
+ H2(g) → H2SO4(l)
|
ΔH° = –814,0 kJ
|
Contoh Soal Hukum Hess :
Pembentukan gas NO2 dari
unsur-unsurnya dapat dilakukan dalam satu tahap atau dua tahap reaksi. Jika
diketahui:
½ N2(g) + ½ O2(g)
→ NO(g)
|
ΔH° = +90,4 kJ
|
NO(g) + ½ O2(g)
→ NO2(g)
|
ΔH° = +33,8 kJ
|
Berapakah ΔH°pembentukan gas NO2 ?
Jawab:
Reaksi pembentukan gas NO2 dari
unsur-unsurnya:
½ N2(g) + O2(g)
→ NO2(g) ΔH° =
? kJ
Menurut hukum Hess, ΔH° hanya
bergantung pada keadaan awal dan akhir reaksi.
Dengan demikian, ΔH° pembentukan
gas NO2 dapat ditentukan dari dua tahap reaksi tersebut.
½ N2(g) + ½ O2(g)
→ NO(g)
|
ΔH°1 = +90,4 kJ
|
NO(g) + ½ O2(g)
→ NO2(g)
|
ΔH°2 = +33,8
kJ
|
½ N2(g) + O2(g)
→ NO2(g)
|
ΔH°1 + ΔH°2 =
+124,2 kJ
|
Hukum Hess dapat diterapkan untuk
menentukan perubahan entalpi reaksi zat-zat kimia, dengan catatan bahwa setiap
tahap reaksi diketahui perubahan entalpinya.
Contoh Soal Aplikasi Hukum Hess :
Asetilen (C2H2)
tidak dapat diproduksi langsung dari unsur-unsurnya:
2C(s) + H2(g) → C2H2(g)
Hitung ΔH° untuk reaksi tersebut
berdasarkan persamaan termokimia berikut.
(a) C(s) + O2(g) → CO2(g)
ΔH°1 = –393,5 kJ mol–1
(b) H2(g) + ½ O2(g)
→ H2O(l) ΔH°2 =
–285,8 kJ mol–1
(c) C2H2(g) +
5/2 O2(g) → 2CO2(g) + H2O(l)
ΔH°3 = –1.299,8 kJ mol–1
Jawaban :
Aturan yang harus diperhatikan adalah
1. Posisi pereaksi dan hasil reaksi yang diketahui harus sama dengan posisi
yang ditanyakan. Jika tidak sama maka posisi yang diketahui harus diubah.
2. Koefisien reaksi (mol zat) yang diketahui harus sama dengan yang
ditanyakan.
Jika tidak sama maka harus disamakan
terlebih dahulu dengan cara dibagi atau dikalikan, demikian juga dengan nilai
entalpinya.
1. Persamaan (a) harus dikalikan 2 sebab reaksi pembentukan asetilen memerlukan
2 mol C.
2. Persamaan (b) tidak perlu diubah sebab sudah sesuai dengan persamaan
reaksi pembentukan asetilen ( 1 mol H2)
3. Persamaan (c) perlu dibalikkan arahnya, sebab C2H2 berada
sebagai pereaksi.
Persamaan termokimianya menjadi :
2C(s) + 2O2(g)
→ 2CO2(g)
|
ΔH°1 = 2(–393,5) kJ
mol–1
|
H2(s) + ½ O2(g)
→ H2O(l)
|
ΔH°2 = –285,8 kJ
mol–1
|
2CO2(g) + H2O(l)
→ 2C2H2(g) + 5/2 O(g)
|
ΔH°3 = +1.299,8 kJ
mol–1
|
2C(s) + H2(g)
→ C2H2(g)
|
ΔH°1 + ΔH°2 +
ΔH°3 = + 227,0 kJ mol–1
|
Jadi, perubahan entalpi pembentukan
standar asetilen dari unsur-unsurnya adalah 227 kJ mol–1.
Persamaan termokimianya :
2C(s) + H2(g) → C2H2(g)
ΔH°f = 227,0 kJ mol–1.
Contoh Soal (UNAS 2004) :
Pernyataan yang benar untuk reaksi :
2CO(g) + O2(g)→ 2CO2(g)
ΔH= x kJ
eres reaksi.
1. Perhitungan perubahan entalpi reaksi dapat ditentukan berdasarkan data
perubahan entalpi pembentukan standar.
2. Perubahan entalpi dapat ditentukan dari perubahan entalpi standar yang
terdapat dalam handbook menggunakan rumus: ΔHo Reaksi =ΣΔHof Produk−ΣΔHof Pereaksi
3. Perubahan entalpi reaksi dapat juga ditentukan dari data energi ikatan
rata-rata, melalui persamaan: ΔH=ΣD(pemutusan ikatan) − ΣD(pembentukan
ikatan)
Comments
Post a Comment